KTI II

Kamis, 24 Januari 2013


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A.    Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian analitik melalui pendekatan kuantitatif dengan desain cross sectional  karena pengambilan data variabel independen dan variabel dependen dilakukan pada saat yang bersamaan dan satu kali, tidak ada periode follow up. Desain ini digunakan karena mudah dilaksanakan, sederhana, murah, ekonomis dalam hal waktu, dan hasilnya dapat diperoleh dengan cepat (Notoatmodjo, 2005).
B.     Subyek Penelitian
1.      Populasi
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitian ini merupakan penelitian populasi. Berdasarkan pengertian di atas maka populasi penelitian ini adalah seluruh pasien rawat inap yang mendapatkan makanan dalam bentuk makanan biasa, makanan lunak, makanan saring, dan makanan cair pada makan pagi, makan siang, dan makan malam di Rumah Sakit Dinas Kesehatan Tentara Bandar Lampung yaitu berjumlah 10.200 pasien pertahun, berjumlah 850 pasien perbulan, dan berjumlah 28 pasien perhari.



2.      Sampel
Rounded Rectangle: Keterangan :
n = Besar Sampel
P = Prevalensi
Z = 1,96
d = Tingkat presisi atau ketepatan yang diinginkan (10%)
(Lameshow, 1997)
Besar sampel diperoleh dan dihitung dengan kepercayaan 95% dengan rumus:
n = 96,04  (dibulatkan menjadi 96 responden)
Berdasarkan perhitungan sampel diatas, maka didapatkan sampel pada penelitian ini sebanyak 96 responden. 


Sampel terdiri dari 96 pasien dengan kriteria sebagai berikut :
1)      Pasien dalam keadaan sadar dan dapat diajak berkomunikasi
2)      Pasien bersedia menjadi responden
3)      Pasien mendapatkan makanan biasa, lunak, saring atau cair

C.    Lokasi dan Waktu Penelitian
 Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Dinas Kesehatan Tentara Bandar Lampung yang dilakukan pada bulan Juni 2013.
D.    Pengumpulan Data
            Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dengan menggunakan kuesioner dan ditambah pengamatan atau observasi untuk memperoleh data yang diperlukan. Jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini ada dua data, yaitu:
1.      Data primer
            Data Primer adalah data yang diperoleh melalui wawancara secara langsung dan menggali informasi responden dengan menggunakan kuesioner terstruktur. Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadi atau hal-hal yang diketahui. 
            Data primer yang dikumpulkan dalam penelitian ini, antara lain:
a.       Identitas sampel (nama, usia, jenis kelamin dan jenis diet).
b.      Sisa makanan diperoleh berdasarkan hasil pengukuran terhadap sisa makanan pasien dengan menggunakan metode penimbangan.
c.       Kondisi pasien diperoleh berdasarkan jawaban pasien dari kuesioner dan  jenis diet yang diberikan.
d.      Penampilan makanan yang meliputi warna, aroma, rasa, tekstur, dan porsi makanan diperoleh berdasarkan jawaban pasien dari kuesioner.
e.       Konsumsi makanan dari luar rumah sakit diperoleh berdasarkan jawaban pasien dari kuesioner.

2.      Data sekunder
    Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah data mengenai rumah sakit Dinas Kesehatan Tentara Bandar Lampung dan data-data yang berkaitan dengan pelayanan gizi untuk pasien.
E.     Pengolahan dan Analisis Data
1.      Pengolahan Data
Setelah kuesioner dikumpulkan, selanjutnya dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :
a.      Editing
yaitu kegiatan untuk melakukan pengecekan isian formulir/ kuisioner apakah jawaban yang ada di kuisioner sudah lengkap, jelas, relevan dan konsisten.
b.      Coding
yaitu kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka/bilangan. Kegunaan dari koding adalah untuk mempermudah pada analisis data dan juga mempercepat pada saat entry data.
c.       Processing
yaitu setelah semua isian kuisioner terisi penuh dan benar, dengan juga sudah melewati pengkodingan, selanjutnya memproses data agar dapat dianalisis. Pemrosesan dapat dilakukan dengan cara meng-Entry data dari kuisioner ke paket program komputer.
d.      Cleaning
yaitu pembersihan data yang merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah di-Entry apakah ada kesalahan atau tidak.
2.      Analisis Data
a.       Analisis Univariat
      Analisis univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil tiap penelitian (Notoatmodjo, 2002). Pada analisis ini akan menghasilkan distribusi dan persentase dari masing-masing variabel. Analisa ini digunakan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian dengan cara membuat distribusi dan frekuensi dari setiap variabel, hasil analisis ini disajikan dalam bentuk tabel dan narasi.
b.      Analisis Bivariat
      Penelitian ini menyatakan ada hubungan yang bermakna apabila dari hasil uji statistik mendapatkan p value ≤ 0,05 dengan menggunakan uji chi square yang dihitung dengan menggunakan rumus:
                      S (O–E)²
                         X² =   ———
                           E
           
Keterangan:
                    : Nilai chi square
O         : Nilai observed (frekuensi yang diperoleh dari sampel atau    hasil penelitian)
E          : Nilai expected (frekuensi yang diharapkan dalam sampel sebagai pencerminan dan frekuensi yang diharapkan dari polpulasi)



KTI


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Memasuki era globalisasi yang ditandai dengan adanya persaingan pada berbagai aspek, diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas tinggi agar mampu bersaing dengan Negara lain. Kesehatan dn gizi merupakan factor penting karena secara langung berpengaruh terhadap kualitas SDM di suatu Negara yang digambarkan melalui pertumbuhan ekonomi, umur harapan hidup dan tingkat pendidikan. Tingkat pendidikan tinggi hanya dapat dicapai oleh orang yang sehat dan berstatus gizi baik. Untuk itu diperlukan upaya perbaikan gizi yang bertujuan untuk meningkatkan tatu gizi masyarakat melalui upaya perbaikan gizi dalam keluarga maupun pelayanan gizi pada individu yang karena suatu hal mereka harus tinggal di suatu institusi kesehatan, diantaranya rumah sakit (Depkes RI, 2005).
Salah satu pelayanan kesehatan dalam rantai sistem rujukan adalah rumah sakit yang didirikan dan diselenggarakan dengan tujuan utama memberikan pelayanan kesehatan dalam bentuk asuhan keperawatan, tindakan medis, asuhan nutrisi dan diagnostik serta upaya rehabilitasi untuk memenuhi kebutuhan pasien (Moehyi, 1999).
Pelayanan gizi rumah sakit (PGRS) adalah pelayanan gizi yang disesuaikan dengan keadaan pasien dan berdasarkan keadaan klinis, status gizi, dan status metabolisme tubuhnya. Keadaan gizi pasien sangat berpengaruh pada proses penyembuhan penyakit, sebaliknya proses perjalanan penyakit dapat berpengaruh terhadap keadaan gizi pasien (Depkes RI, 2005).
Upaya pelayanan kesehatan di rumah sakit bertujuan agar tercapainya kesembuhan penderita di dalam waktu sesingkat mungkin. Untuk itu perlu dilakukan kegiatan pengembangan pelayanan gizi rumah sakit dan sekaligus juga merupakan bagian integral dari kegiatan perbaikan gizi masyarakat. Makanan yang memenuhi kebutuhan gizi dan termakan habis akan mempercepat hari rawat (Dirjen Pelayanan Kesehatan, 1981 dalam Nida 2011).
Di rumah sakit terdapat pula pedoman diet tersendiri yang akan memberikan rekomendasi yang lebih spesifik mengenai cara makan yang bertujuan bukan hanya untuk meningkatkan atau mempertahankkan status gizi pasien, tetapi juga untuk mencegah permasalahan lain seperti diare akibat intoleransi terhadap jenis makanan tertentu. Tujuan selanjutnya pada diet rumah sakit adalah untuk meningkatkan atau mempertahankan daya tahan tubuh dalam menghadapi penyakit/cedera, khususnya infekssi, dan membantu kesembuhan pasien dari penyakit/cederanya dengan memperbaiki jaringan yang aus atau rusak serta memulihkan keseimbangan dalam tubuh (homeostatis) (Hartono, 2006).
Pelayanan paripurna pada pasien yang dirawat di rumah sakit pada dasarnya harus meliputi tiga hal, asuhan medis, asuhan keperawatan dan asuhan nutrisi. Ketiga hal tersebut saling berkaitan satu sama lain dan merupakan bagian dari pelayanan medis yang tidak dapat dipisahkan. Namun asuhan nutrisi seringkali diabaikan, padahal dengan asuhan nutrisi yang baik dapat mencegah seorang pasien menderita malnutrisi rumah sakit (hospital malnutrition) selama dalam perawatan (Depkes, 2007).
            Menurut Barker (2011), malnutrisi di rumah sakit (hospital malnutrition) merupakan gabungan dari berbagai faktor yang saling mempengaruhi secara kompleks, antara penyakit yang mendasar, penyakit yang berhubungan dengan perubahan metabolisme, dan berkurangnya persediaan nutrisi yang terjadi karena berkurangnya jumlah bahan makanan yang dimakan, melemahnya proses penyerapan, dan proses kehilangan yang semakin meningkat atau kombinasi ketiganya.
            Untuk mengetahui asupan zat gizi pada pasien dapat dilakukan dengan melakukan evaluasi terhadap sisa makanan (Barker, 2011). Sisa Makanan adalah volume atau persentase makanan yang tidak habis termakan dan dibuang sebagai sampah dan dapat digunakan untuk mengukur efektivitas menu (Komalawati, 2005).
            Sisa makanan merupakan salah dari berbagai hal yang ada di rumah sakit yang harus diperhatikan. Jika sisa makanan masih dibiarkan, maka dalam jangka waktu yang lama akan mempengaruhi status gizi pasien yang kemudian menimbulkan terjadinya malnutrisi. Hal ini kemudian dapat berdampak pada pada lamanya masa perawatan (length-of-stay) di rumah sakit serta meningkatnya morbiditas dan mortalitas pasien yang berarti pula meningkatnya biaya yang harus dikeluarkan (Depkes, 2007).
Menurut Asosiasi Dietisien Indonesia (2005), sisa makanan adalah jumlah makanan yang tidak dimakan oleh pasien dari yang disajikan oleh rumah sakit menurut jenis makanannya. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Nida (2011) di Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum, rata-rata sisa makanan pasien bersisa banyak (> 25 %) pada jenis makanan sayur yaitu sebesar 67,8 %, lauk hewani bersisa 52,2 % dan lauk nabati bersisa 50,8 % (Nida, 2011).
Penelitian di RSUD Dr. Moewardi Surakarta tentang gambaran sisa makanan biasa yang disajikan di ruang Mawar oleh Handayani (2009) menunjukkan bahwa sisa makanan pokok sebanyak 54,3%, lauk hewani sebanyak 51,%, lauk nabati sebanyak 60,7%, sayur sebanyak 58,4% dan buah sebanyak 42,9% (Handayani, 2009).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ellizabet (2011) pada 58 orang pasien rawat inap di Rumah Sakit Haji Jakarta tahun 2011 menunjukkan bahwa rata-rata sisa makanan yang ada di Rumah Sakit Haji Jakarta mencapai 20,27%. Nilai tertinggi sisa makanan yang ditinggalkan oleh responden adalah 57,94% (Elizabeth, 2011).
Hasil penelitian Alberry (2010) di Ruang Rawat Inap Kelas III RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung, didapatkan hasil reponden yang menyatakan penampilan kurang baik menyisakan makanan banyak yaitu sebesar 47,1% dan responden yang menyatakan rasa makanan kurang baik menyisakan makanan banyak sebesar 46,7% (Alberry, 2010).
Ada berbagai faktor yang mempengaruhi terjadinya sisa makanan. Sisa makanan terjadi bukan hanya karena nafsu makan yang ada dalam diri seseorang, tetapi ada faktor lain yang menyebabkan terjadinya sisa makanan antara lain faktor yang berasal dari luar pasien sendiri atau faktor eksternal dan faktor yang berasal dari dalam pasien atau faktor internal. Sementara itu, Faktor eksternal lain yang berpengaruh terhadap terjadinya sisa makanan adalah sikap petugas ruangan, jadwal makan atau waktu pembagian makan, suasana lingkungan tempat perawatan, makanan dari luar RS, dan mutu makanan (Moehyi, 1992 dalam Ellizabet 2011).
Menurut Almatsier (2006), kebutuhan zat gizi dalam keadaan sakit tergantung jenis dan berat penyakit serta faktor-faktor yang mempengaruhi dalam keadaan sehat seperti umur, gender (jenis kelamin), aktivitas fisik, serta kondisi khusus, yaitu ibu hamil dan menyusui. Seperti yang sebelumnya dijelaskan, kebutuhan gizi akan mempengaruhi asupan makan. Jika asupan makan yang diberikan tidak adekuat, dalam hal ini asupan makan yang rendah, maka pasien akan meninggalkan sisa makanan.
Menurut Winarno, 1992 dalam Nida 2011, kepekaan indera penghidung diperkirakan setia bertambahnya umur satu tahun dan papilla mulai mengalami atropi bila usia mencapai 45 tahun. Menurunnya kemampuan dalam merasakan citarasa ini akan mengganggu selera makan sehingga dapat mempengaruhi rendahnya asupan makan seseorang dan menimbulkan makanan yang tersisa.
Factor lainnya yang mempengaruhi sisa makanan adalah jenis kelamin. Hal ini disebabkan perbedaan kebutuhan energi antara perempuan dan laki-laki, dimana kalori basal perempuan lebih rendah sekitar 5-10% dari kebutuhan kalori basal laki-laki. Berdasarkan hasil penelitian Kurniah, 2009 diperoleh bahwa daya terima makan baik ternyata banyak terjadi pada responden dengan jenis kelamin laki-laki (66,7%) daripada responden dengan jenis kelamin perempuan (59,2%).
Menurut Ellizabet (2011) penampilan makanan yang menarik dan disajikan dengan baik menyebabkan ketertarikan sehingga akan memengaruhi seseorang untuk mengkonsumsi makanan yang disajikan. Aspek yang dinilai antar lain adalah sifat organoleptik yang meliputi warna, aroma, rasa, tekstur, dan porsi makanan (Ellizabet, 2011).
Aspek pertama adalah warna makanan. Warna makanan memegang peranan utama dalam penampilan makanan. Warna yang menarik dan tampak alamiah dapat meningkatkan cita rasa. Oleh sebab itu dalam penyelenggaraan makanan harus mengetahui prinsip-prinsip dasar untuk mempertahankan warna makanan yang alami, baik dalam bentuk teknik memasak maupun dalam penanganan makanan yang dapat mempengaruhi warna makanan (Arifiati, 2000).
Aspek lainnya adalah aroma makanan. Aroma yang disebarkan oleh makanan merupakan daya tarik yang sangat kuat dan mampu merangsang indera penciuman sehingga membangkitkan selera (Moehyi, 1992 dalam Nida 2011). Aroma makanan yang enak dapat menimbulkan atau meningkatkan selera makan sehingga dapat mengurangi sisa makanan. Rasa memegang peranan penting dalam menentukan habis tidaknya makanan yang disajikan. Menurut Moehyi, aroma yang disebarkan makanan merupakan daya tarik yang sangat kuat dan mampu membangkitkan indera penciuman selera sehingga membangkitkan selera makan.
Tekstur dan konsistensi suatu bahan akan mempengaruhi cita rasa yang ditimbulkan oleh bahan tersebut. Dari penelitian-penelitian yang dilakukan diperoleh bahwa perubahan tekstur atau viskositas bahan dapat mengubah rasa dan bau yang timbul karena dapat mempengaruhi kecepatan timbulnya rangsangan terhadap sel reseptor olfaktori dan kelenjar air liur. Semakin kental suatu bahan, penerimaan terhadap intensitas rasa, bau, dan cita rasa semakin berkurang (Winarno, 1992 dalam Elizzabet 2011).
Pentingnya porsi makanan tidak hanya berkaitan dengan penerimaan dan perhitungan pemakaian bahan makanan tetapi juga berkaitan erat dengan penampilan makanan waktu disajikan dan kebutuhan gizi (Madjid, 1998 dalam Tatik Hartatik 2004). Asupan makan pasien selama di rumah sakit berasal dari makanan rumah sakit dan makanan luar rumah sakit. Bila penilaian pasien terhadap mutu makanan dari rumah sakit kurang memuaskan, kemungkinan pasien mengkonsumsi makanan dari luar rumah sakit (Siswiyardi, 2005).
Rumah sakit Dinas Kesehatan Tentara merupakan salah satu rumah sakit tipe C yang melaksanakan dukungan kesehatan bagi prajurit yang melaksanakan latihan juga memberikan pelayanan kesehatan bagi personel TNI AD, PNS dan keluarga, selain itu juga melaksanakan pelayanan kesehatan kepada  masyarakat umum  yang disesuaikan dengan  kemampuan fasilitas Rumah Sakit. Rumah sakit Dinas Kesehatan Tentara juga menyediakan asurani kesehatan dan jaminan kesehatan bagi pasien umum yang membutuhkan. Menu makanan yang diajikan tidak membedakan antara pasien dinas dengan pasien umum, hanya saja yang membedakannya adalah kelas yang digunakan. 
Agar kegiatan pelayanan gizi di rumah sakit dapat berjalan dengan optimal maka perlu didukung dengan sarana, peralatan dan perlengkapan yang memadai baik untuk rawat jalan, rawat inap maupun ruang di unit pelayanan gizi (Depkes RI, 2005). Sarana, peralatan dan perlengkapan di unit pelayanan gizi antara lain adalah ruang penyelenggaraan makanan dan ruang perkantoran yang masing-masing ruangan memiliki syaratdan ketentuan agar dikatakan layak menjadi unit pelayan gizi. Unit pelayan gizi di rumah sakit Dinas Kesehatan Tentara belum sepenuhnya memenuhi hal terebut karena tidak terdapat ruang penerimaan bahan makanan, ruang penyimpanan bahan makanan, ruang fasilitas pegaai, ruang pengawas, dan ruang perkantoran. Hal tersebut tentunya akan berpengaruh terhadap pelayanan gizi rumah sakit yang diberikan.
Dari hasil study pendahuluan yang telah dilakukan, masih terdapat sisa makanan lunak yang disajikan di ruang rawat inap di rumah sakit Dinas kesehatan Tentara Bandar Lampung. Data yang didapatkan dari 10% jumlah pasien yang dirawat inap pada makan siang menunjukkan bahwa sisa makanan pokok sebanyak 80,6%, lauk hewani 19%, lauk nabati 73,6%, dan sayur 60%.
            Berdasarkan latar belakang tersebut dan ditambah lagi dengan belum adanya penelitian terkait pelayanan gizi rumah sakit yang dilaksanakan, maka peneliti tertarik untuk melakanakan penelitian mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan sisa makanan pasien rawat inap di rumah sakit Dinas Kesehatan Tentara Provinsi Lampung. Menurut (Almatsier, 1992 dalam Nida 2011) makanan pasien mempunyai nilai ekonomi yang cukup besar dalam pembiayaan di rumah sakit sehingga perlu dikelola secara efektif dan efisien.
B.     Rumusan Masalah
            Dari latar belakang tersebut maka penulis membuat rumusan masalah yaitu  Faktor- faktor apakah yang berhubungan dengan sisa makanan pasien rawat inap di Rumah Sakit Dinas Kesehatan Tentara Provinsi Lampung Tahun 2013 ?
C.    Tujuan
1.      Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor  yang berhubungan sisa makanan pasien rawat inap di Rumah Sakit Dinas Kesehatan Tentara Provinsi Lampung tahun 2013.


2.      Tujuan Khusus
a.      Mengetahui gambaran sisa makanan pada pasien rawat inap di Rumah Sakit Dinas Kesehatan Tentara Provinsi Lampung Tahun 2013.
b.      Mengetahui gambaran karakteristik responden (usia, jenis kelamin, jenis diet, dan keadaan pasien) pada pasien rawat inap di Rumah Sakit Dinas Kesehatan Tentara Provinsi Lampung Tahun 2013.
c.       Mengetahui gambaran sifat organoleptik makanan yang meliputi warna, aroma, rasa, tekstur, dan porsi makanan pada  pasien rawat inap di Rumah Sakit Dinas Kesehatan Tentara Provinsi Lampung Tahun 2013.
d.      Mengetahui gambaran konsumsi makanan dari luar rumah sakit pada pasien rawat inap di Rumah Sakit Dinas Kesehatan Tentara Provinsi Lampung Tahun 2013.
e.       Mengetahui ada hubungan usia, jenis kelamin, dan keadaan pasien terhadap terjadinya sisa makanan pada  pasien rawat inap di Rumah Sakit Dinas Kesehatan Tentara Provinsi Lampung Tahun 2013.
f.       Mengetahui ada hubungan sifat organoleptik makanan yang meliputi warna, aroma, rasa, tekstur, dan porsi makanan terhadap terjadinya sisa makanan pada  pasien rawat inap di Rumah Sakit Dinas Kesehatan Tentara Provinsi Lampung Tahun 2013.
g.      Mengetahui ada hubungan konsumsi makanan dari luar rumah sakit terhadap terjadinya sisa makanan pada pasien rawat inap di Rumah Sakit Dinas Kesehatan Tentara Provinsi Lampung Tahun 2013.

D.    Manfaat Penelitian
1.      Bagi Insitusi Pendidikan
Manfaat bagi institusi sebagai bahan masukan untuk penelitian selanjutnya terutama yang berhubungan dengan sisa makanan pasien rawat inap.
2.      Bagi Institusi Rumah Sakit
Memberikan bahan masukan atau kontribusi bagi institusi Rumah Sakit terkait dengan sisa makanan pasien.
3.      Bagi Masyarakat
Sebagai penambah pengetahuan masyarakat khususnya pasien dan keluarga pasien yang sedang sedang rawat inap di Ruah Sakit sehingga dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
4.      Bagi Peneliti
Sebagai penambah pengetahuan tentang  hal-hal yang berhubung dengan sisa makanan dan sebagai aplikasi teori yang didapat selama dalam pendidikan.
E.     Ruang Lingkup
      Pada penelitian ini subjek yang diteliti adalah pasien yang sedang menjalani rawat inap di rumah sakit meliputi gambaran sisa makanan pasien, gambaran karakteristik responden, gambaran kebiasaan makan pada pasien, gambaran sifat organoleptik makanan, dan gambaran makanan dari luar rumah sakit. Penelitian dilakukan pada bulan Juni tahun 2013 dengan lokasi penelitian di rumah sakit Dinas Kesehatan Tentara Provinsi Lampung.

tugas proposal

Minggu, 06 Januari 2013



BAB I
PENDAHULUAN


I.                   Latar Belakang
Dalam suatu pemasaran banyak sekali bentuk dan macam-macam aneka ragam makanan dari yang kecil hingga yang besar dan dari yang murah hingga sampai yang mahal.
Dalam kebutuhan sehari-hari banyak sekali aktivitas yang dijalani oleh setiap orang. Dengan aktivitas yang semakin padat, membuat banyak orang membutuhkan asupan makanan tambahan yang bermanfaat untuk kesehatan tubuh. Makanan-makanan yang tersedia dipasaran saat ini memang sudah beragam, tetapi umumnya makanan tersebut bukanlah makanan khas Indonesia, serta harga yang ditawarkan juga kebanyakan terlalu mahal. Selain itu biasanya makanan yang dijual dipasaran tidak bernilai gizi dan tidak memenuhi syarat hygiene sanitasi dalam pembuatannya.
Salah satu makanan tradisional yang cukup sederhana, sangat digemari dan cocok menjadi makanan ringan sekaligus merupakan makanan yang juga cukup istimewa adalah “tahu isi”.
Tahu isi merupakan  makanan ringan yang terbuat dari tahu kemudian di isi dengan sayuran ataupun daging. Bahan untuk membuat tahu isi antara lain adalah tahu, sayur-sayuran sebagai bahan isi, tepung panir sebagai pelapis, dan minyak untuk menggoreng.
Jajanan satu ini sangat merakyat karena semua orang pasti mengenalnya, mulai dari anak kecil hingga orang dewasa dan untuk mendapatkannya juga sangat mudah, karena banyak dijual di sekolah, pasar bahkan di kampus juga.
Dengan pembuatan Tahu isi yang dilakukan dengan cara yang sangat sederhana, tetapi lebih higienis, serta akan dijual dengan harga yang sangat terjangkau, maka tentunya hal ini akan menarik minat masyarakat untuk membelinya. Selain itu juga Tahu isi memiliki nilai gizi yang cukup baik, kandungan gizi didalamnya antara lain sumber protein yang berasal dari tahu  dan jamur tiram dalam bahan isian, sumber vitamin yang berasal dari wortel dan kentang dalam bahan isian, sumber lemak yang berasal dari minyak untuk menggoreng.
Keberadaan Tahu isi sebagai salah satu makanan dengan rasa yang enak, nikmat, dan juga lezat memang telah dikenal dari masa kemasa, sehingga usaha ini memang layak dikembangkan menjadi salah satu usaha kuliner alternatif di Indonesia.
Dengan hal tersebut, maka kami tertarik untuk membuat usaha makanan, yaitu usaha makanan "Tahu isi" untuk dikembangkan menjadi usaha besar agar masyarakat tidak akan pernah lupa dengan masakan khas Indonesia tersebut.

II.                Tujuan
1.      Tujuan Umum
Menarik minat konsumen untuk merasakan masakan yang sudah cukup terkenal di Indonesia.
2.      Tujuan Khusus
ü  Mencapai target penjualan.
ü  Mencari keuntungan/laba.
ü  Membuat makanan rakyat yang sederhana menjadi lebih disukai oleh masyarakat.
ü  Membuat makanan selain mengenyangkan juga memiliki nilai gizi yang bermanfaat bagi tubuh.











BAB II
PROFIL USAHA


II.1      Macam Usaha
            Usaha yang ditawarkan adalah usaha makanan yang menyediakan makanan serta minuman dengan harga terjangkau ditempat yang nyaman.

II.2      Lokasi
            Tempat yang dipilih yaitu di Jalan Z.A Abidin Pagar Alam No 25, tepatnya di depan Musium Lampung Provinsi Lampung. Tempat usaha diberi nama “Green Cafe”. Tempat tersebut dipilih karena letaknya strategis dekat dengan lingkungan sekolah, universitas, dan tempat perbelanjaan.

II.3      Jam Buka
            Jam buka Green Café adalah setiap hari dari pukul 09.00 WIB hingga pukul 17.00 WIB.
           
II.4      Cara Pelayanan
            Pembeli yang datang ke Green Café dapat langsung memesan menu yang ada kemudian pramusaji langsung mengantar pesanan pembeli. Pembeli yang memesan makanan lewat telepon juga dapat dilayani dengan cepat.

II.5      Struktur Organisasi
            Struktur organisasi terdiri dari pemilik usaha yaitu usaha yang dirintis oleh Ardella, Noverdi, Putri, Ridha, dan Tiara. Dari pemilik usaha tersebut ada yang merangkap sebagai manager yaitu Noverdi, bagian keuangan yaitu Ardella. Jumlah karyawan yaitu 12 orang yang bertanggung jawab di bidangnya masing-masing. 
bagan baru kukuh.jpg



















BAB III
PEMASARAN


III.1     Target konsumen
            Konsumen ditargetkan mencapai 300 orang perhari yang membeli langsung ke Green Cafe. Sedangkan target konsumen yang memesan melalui telepon ditargetkan mencapai 50 orang perhari.

III.2     Strategi pemasaran
Pemasaran dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1.      Menyebarkan informasi melalui promosi yang telah direncanakan.
2.      Memberikan voucher makan gratis setiap 1 bulan, tujuannya agar mereka mengenal produk kita dan dapat mempromosikannya mulut-kemulut.
3.      Promosi lainnya adalah minum gratis bagi pelanggan yang membawa pasangan pada hari-hari tertentu/ peringatan hari besar.
4.      Green Café juga akan melakukan program nonton bersama apabila ada pertandingan sepakbola antara club-club besar.
5.      Harga jual yang terjangkau untuk kalangan ekonomi kebawah.
6.      Suasana Cafe yang nyaman namun dengan harga makanan yang terjangkau.
7.      Tersedianya music dari sound speaker yang sengaja kami datangkan untuk menghibur pelanggan.

III.3     Strategi harga
            Harga yang ditawarkan untuk penjualan makanan dan minuman adalah :
Tahu isi            : Rp. 2.000 per buah
Es Capuccino  : Rp. 2.000 per gelas
Untuk penjualan produk di Green Café, harga yang ditawarkan sangat murah karena melihat fasilitas, pelayanan, dan kenyamanan yang ditawarkan.

III.4     Strategi promosi
            Promosi yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1.      Menyebarkan poster di tempa-tempat umum/keramaian
2.      Menyebarkan leaflet ke sekolah atau universitas
3.      Memberikan diskon saat Grand Opening kepada pembeli
4.      Memberikan sampel gratis kepada pengunjung yang datang
5.      Memasang banner di depan lokasi usaha
6.      Menyebarkan informasi melalui jejaring social seperti facebook, twitter, blog, BBM, dan web resmi Green Café.

III.5     Strategi penjualan


III.6     Rencana strategi pemasaran