BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Memasuki era globalisasi yang ditandai dengan adanya persaingan pada
berbagai aspek, diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas tinggi
agar mampu bersaing dengan Negara lain. Kesehatan dn gizi merupakan factor
penting karena secara langung berpengaruh terhadap kualitas SDM di suatu Negara
yang digambarkan melalui pertumbuhan ekonomi, umur harapan hidup dan tingkat
pendidikan. Tingkat pendidikan tinggi hanya dapat dicapai oleh orang yang sehat
dan berstatus gizi baik. Untuk itu diperlukan upaya perbaikan gizi yang
bertujuan untuk meningkatkan tatu gizi masyarakat melalui upaya perbaikan gizi
dalam keluarga maupun pelayanan gizi pada individu yang karena suatu hal mereka
harus tinggal di suatu institusi kesehatan, diantaranya rumah sakit (Depkes RI,
2005).
Salah satu pelayanan kesehatan dalam rantai sistem rujukan adalah rumah
sakit yang didirikan dan diselenggarakan dengan tujuan utama memberikan
pelayanan kesehatan dalam bentuk asuhan keperawatan, tindakan medis, asuhan
nutrisi dan diagnostik serta upaya rehabilitasi untuk memenuhi kebutuhan pasien
(Moehyi, 1999).
Pelayanan gizi rumah sakit (PGRS) adalah pelayanan gizi yang
disesuaikan dengan keadaan pasien dan berdasarkan keadaan klinis, status gizi,
dan status metabolisme tubuhnya. Keadaan gizi pasien sangat berpengaruh pada
proses penyembuhan penyakit, sebaliknya proses perjalanan penyakit dapat
berpengaruh terhadap keadaan gizi pasien (Depkes RI, 2005).
Upaya pelayanan kesehatan di rumah sakit bertujuan agar
tercapainya kesembuhan penderita di dalam waktu sesingkat mungkin. Untuk itu
perlu dilakukan kegiatan pengembangan pelayanan gizi rumah sakit dan sekaligus
juga merupakan bagian integral dari kegiatan perbaikan gizi masyarakat. Makanan
yang memenuhi kebutuhan gizi dan termakan habis akan mempercepat hari rawat (Dirjen
Pelayanan Kesehatan, 1981 dalam Nida 2011).
Di rumah sakit terdapat pula pedoman diet tersendiri yang akan
memberikan rekomendasi yang lebih spesifik mengenai cara makan yang bertujuan
bukan hanya untuk meningkatkan atau mempertahankkan status gizi pasien, tetapi
juga untuk mencegah permasalahan lain seperti diare akibat intoleransi terhadap
jenis makanan tertentu. Tujuan selanjutnya pada diet rumah sakit adalah untuk
meningkatkan atau mempertahankan daya tahan tubuh dalam menghadapi
penyakit/cedera, khususnya infekssi, dan membantu kesembuhan pasien dari penyakit/cederanya
dengan memperbaiki jaringan yang aus atau rusak serta memulihkan keseimbangan
dalam tubuh (homeostatis) (Hartono, 2006).
Pelayanan paripurna pada
pasien yang dirawat di rumah sakit pada dasarnya harus meliputi tiga hal,
asuhan medis, asuhan keperawatan dan asuhan nutrisi. Ketiga hal tersebut saling
berkaitan satu sama lain dan merupakan bagian dari pelayanan medis yang tidak
dapat dipisahkan. Namun asuhan nutrisi seringkali diabaikan, padahal dengan
asuhan nutrisi yang baik dapat mencegah seorang pasien menderita malnutrisi
rumah sakit (hospital malnutrition) selama dalam perawatan (Depkes,
2007).
Menurut
Barker (2011), malnutrisi di rumah sakit (hospital malnutrition)
merupakan gabungan dari berbagai faktor yang saling mempengaruhi secara kompleks,
antara penyakit yang mendasar, penyakit yang berhubungan dengan perubahan
metabolisme, dan berkurangnya persediaan nutrisi yang terjadi karena
berkurangnya jumlah bahan makanan yang dimakan, melemahnya proses penyerapan,
dan proses kehilangan yang semakin meningkat atau kombinasi ketiganya.
Untuk
mengetahui asupan zat gizi pada pasien dapat dilakukan dengan melakukan
evaluasi terhadap sisa makanan (Barker, 2011). Sisa Makanan adalah volume atau
persentase makanan yang tidak habis termakan dan dibuang sebagai sampah dan
dapat digunakan untuk mengukur efektivitas menu (Komalawati, 2005).
Sisa makanan merupakan salah dari
berbagai hal yang ada di rumah sakit yang harus diperhatikan. Jika sisa makanan
masih dibiarkan, maka dalam jangka waktu yang lama akan mempengaruhi status
gizi pasien yang kemudian menimbulkan terjadinya malnutrisi. Hal ini kemudian
dapat berdampak pada pada lamanya masa perawatan (length-of-stay) di rumah
sakit serta meningkatnya morbiditas dan mortalitas pasien yang berarti pula meningkatnya
biaya yang harus dikeluarkan (Depkes, 2007).
Menurut Asosiasi Dietisien
Indonesia (2005), sisa makanan adalah jumlah makanan yang tidak dimakan oleh
pasien dari yang disajikan oleh rumah sakit menurut jenis makanannya. Menurut penelitian yang dilakukan
oleh Nida (2011) di Rumah Sakit
Jiwa Sambang Lihum, rata-rata sisa makanan pasien
bersisa banyak (> 25 %) pada jenis makanan sayur yaitu sebesar 67,8 %, lauk
hewani bersisa 52,2 % dan lauk
nabati bersisa 50,8 % (Nida, 2011).
Penelitian di RSUD Dr.
Moewardi Surakarta tentang gambaran sisa makanan biasa yang disajikan di ruang
Mawar oleh Handayani (2009) menunjukkan bahwa sisa makanan pokok sebanyak
54,3%, lauk hewani sebanyak 51,%, lauk nabati sebanyak 60,7%, sayur sebanyak 58,4%
dan buah sebanyak 42,9% (Handayani, 2009).
Berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Ellizabet
(2011) pada 58 orang pasien rawat inap di Rumah Sakit Haji
Jakarta tahun 2011 menunjukkan bahwa rata-rata sisa makanan yang ada di Rumah
Sakit Haji Jakarta mencapai 20,27%. Nilai tertinggi sisa makanan yang
ditinggalkan oleh responden adalah 57,94% (Elizabeth, 2011).
Hasil penelitian Alberry (2010) di Ruang Rawat Inap Kelas III RSUD Dr. H. Abdul
Moeloek Provinsi Lampung, didapatkan hasil reponden yang menyatakan penampilan
kurang baik menyisakan makanan banyak yaitu sebesar 47,1% dan responden yang
menyatakan rasa makanan kurang baik menyisakan makanan banyak sebesar 46,7%
(Alberry, 2010).
Ada berbagai faktor yang mempengaruhi terjadinya sisa makanan. Sisa
makanan terjadi bukan hanya karena nafsu makan yang ada dalam diri seseorang,
tetapi ada faktor lain yang menyebabkan terjadinya sisa makanan antara lain
faktor yang berasal dari luar pasien sendiri atau faktor eksternal dan
faktor yang berasal dari dalam pasien atau faktor internal. Sementara
itu, Faktor eksternal lain yang berpengaruh terhadap terjadinya sisa makanan
adalah sikap petugas ruangan, jadwal makan atau waktu pembagian makan, suasana
lingkungan tempat perawatan, makanan dari luar RS, dan mutu makanan (Moehyi,
1992 dalam Ellizabet 2011).
Menurut Almatsier (2006),
kebutuhan zat gizi dalam keadaan sakit tergantung jenis dan berat penyakit
serta faktor-faktor yang mempengaruhi dalam keadaan sehat seperti umur, gender
(jenis kelamin), aktivitas fisik, serta kondisi khusus, yaitu ibu hamil dan
menyusui. Seperti yang sebelumnya dijelaskan, kebutuhan gizi akan mempengaruhi
asupan makan. Jika asupan makan yang diberikan tidak adekuat, dalam hal ini
asupan makan yang rendah, maka pasien akan meninggalkan sisa makanan.
Menurut Winarno, 1992
dalam Nida 2011, kepekaan indera penghidung diperkirakan setia bertambahnya
umur satu tahun dan papilla mulai mengalami atropi bila usia mencapai 45 tahun.
Menurunnya kemampuan dalam merasakan citarasa ini akan mengganggu selera makan
sehingga dapat mempengaruhi rendahnya asupan makan seseorang dan menimbulkan
makanan yang tersisa.
Factor lainnya yang
mempengaruhi sisa makanan adalah jenis kelamin. Hal ini disebabkan perbedaan
kebutuhan energi antara perempuan dan laki-laki, dimana kalori basal perempuan
lebih rendah sekitar 5-10% dari kebutuhan kalori basal laki-laki. Berdasarkan hasil penelitian Kurniah,
2009 diperoleh bahwa daya terima makan baik ternyata banyak terjadi pada
responden dengan jenis kelamin laki-laki (66,7%) daripada responden dengan
jenis kelamin perempuan (59,2%).
Menurut Ellizabet (2011) penampilan makanan yang
menarik dan disajikan dengan baik menyebabkan ketertarikan sehingga akan memengaruhi
seseorang untuk mengkonsumsi makanan yang disajikan. Aspek
yang dinilai antar lain adalah sifat organoleptik yang meliputi warna,
aroma, rasa, tekstur, dan porsi makanan (Ellizabet, 2011).
Aspek
pertama adalah warna makanan. Warna makanan memegang peranan utama dalam
penampilan makanan. Warna yang menarik dan tampak alamiah dapat meningkatkan
cita rasa. Oleh sebab itu dalam penyelenggaraan makanan harus mengetahui
prinsip-prinsip dasar untuk mempertahankan warna makanan yang alami, baik dalam
bentuk teknik memasak maupun dalam penanganan makanan yang dapat mempengaruhi
warna makanan (Arifiati, 2000).
Aspek lainnya adalah aroma
makanan. Aroma yang disebarkan oleh makanan merupakan daya tarik yang sangat
kuat dan mampu merangsang indera penciuman sehingga membangkitkan selera (Moehyi,
1992 dalam Nida 2011). Aroma makanan yang enak dapat menimbulkan atau
meningkatkan selera makan sehingga dapat mengurangi sisa makanan. Rasa memegang peranan penting dalam
menentukan habis tidaknya makanan yang disajikan. Menurut Moehyi, aroma yang
disebarkan makanan merupakan daya tarik yang sangat kuat dan mampu
membangkitkan indera penciuman selera sehingga membangkitkan selera makan.
Tekstur
dan konsistensi suatu bahan akan mempengaruhi cita rasa yang ditimbulkan oleh
bahan tersebut. Dari penelitian-penelitian yang dilakukan diperoleh bahwa
perubahan tekstur atau viskositas bahan dapat mengubah rasa dan bau yang timbul karena dapat mempengaruhi kecepatan timbulnya
rangsangan terhadap sel reseptor olfaktori dan kelenjar air liur. Semakin
kental suatu bahan, penerimaan terhadap intensitas rasa, bau, dan cita rasa
semakin berkurang (Winarno, 1992 dalam Elizzabet 2011).
Pentingnya porsi makanan
tidak hanya berkaitan dengan penerimaan dan perhitungan pemakaian bahan makanan
tetapi juga berkaitan erat dengan penampilan makanan waktu disajikan dan
kebutuhan gizi (Madjid, 1998 dalam Tatik Hartatik 2004). Asupan makan pasien
selama di rumah sakit berasal dari makanan rumah sakit dan makanan luar rumah
sakit. Bila penilaian pasien terhadap mutu makanan dari rumah sakit kurang
memuaskan, kemungkinan pasien mengkonsumsi makanan dari luar rumah sakit
(Siswiyardi, 2005).
Rumah
sakit Dinas Kesehatan Tentara merupakan salah satu rumah sakit tipe C yang melaksanakan dukungan kesehatan bagi prajurit yang melaksanakan latihan juga memberikan pelayanan kesehatan bagi personel TNI AD, PNS dan keluarga, selain itu juga melaksanakan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat umum
yang disesuaikan dengan kemampuan
fasilitas Rumah Sakit. Rumah sakit Dinas Kesehatan Tentara juga menyediakan asurani kesehatan dan jaminan kesehatan bagi pasien umum yang membutuhkan. Menu makanan
yang diajikan tidak membedakan antara pasien dinas dengan pasien umum, hanya saja
yang membedakannya adalah kelas yang digunakan.
Agar kegiatan pelayanan gizi di rumah sakit dapat berjalan dengan optimal maka perlu didukung dengan sarana, peralatan dan perlengkapan yang
memadai baik untuk rawat jalan, rawat inap maupun ruang di unit pelayanan gizi (Depkes RI, 2005). Sarana, peralatan dan
perlengkapan di unit pelayanan gizi antara lain adalah ruang penyelenggaraan
makanan dan ruang perkantoran yang masing-masing ruangan memiliki syaratdan
ketentuan agar dikatakan layak menjadi unit pelayan gizi. Unit pelayan gizi di
rumah sakit Dinas Kesehatan Tentara belum sepenuhnya memenuhi hal terebut
karena tidak terdapat ruang penerimaan bahan makanan, ruang penyimpanan bahan
makanan, ruang fasilitas pegaai, ruang pengawas, dan ruang perkantoran. Hal tersebut
tentunya akan berpengaruh terhadap pelayanan gizi rumah sakit yang diberikan.
Dari
hasil study pendahuluan yang telah dilakukan, masih terdapat sisa makanan lunak
yang disajikan di ruang rawat inap di rumah
sakit Dinas kesehatan Tentara Bandar Lampung. Data yang didapatkan dari 10%
jumlah pasien yang dirawat inap pada
makan siang menunjukkan bahwa sisa
makanan pokok sebanyak 80,6%, lauk hewani
19%, lauk nabati 73,6%, dan sayur 60%.
Berdasarkan
latar belakang tersebut dan ditambah lagi dengan belum adanya penelitian
terkait pelayanan gizi rumah sakit yang dilaksanakan, maka peneliti tertarik
untuk melakanakan penelitian mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan
sisa makanan pasien rawat inap di rumah sakit Dinas Kesehatan Tentara Provinsi
Lampung. Menurut
(Almatsier, 1992 dalam Nida 2011) makanan pasien mempunyai nilai ekonomi yang
cukup besar dalam pembiayaan di rumah sakit sehingga perlu dikelola secara
efektif dan efisien.
B.
Rumusan Masalah
Dari latar belakang
tersebut maka penulis membuat rumusan masalah yaitu Faktor- faktor apakah yang berhubungan dengan
sisa makanan pasien rawat inap di Rumah Sakit Dinas Kesehatan Tentara Provinsi Lampung
Tahun 2013 ?
C.
Tujuan
1.
Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian
ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor
yang berhubungan sisa makanan pasien rawat inap di Rumah Sakit Dinas
Kesehatan Tentara Provinsi Lampung tahun 2013.
2.
Tujuan Khusus
a.
Mengetahui gambaran sisa makanan pada pasien
rawat inap di Rumah Sakit Dinas Kesehatan Tentara Provinsi Lampung Tahun 2013.
b.
Mengetahui gambaran karakteristik responden
(usia, jenis kelamin, jenis diet, dan keadaan pasien) pada pasien rawat inap di
Rumah Sakit Dinas Kesehatan Tentara Provinsi Lampung Tahun 2013.
c.
Mengetahui gambaran sifat organoleptik
makanan yang meliputi warna, aroma, rasa, tekstur, dan porsi makanan pada pasien rawat inap di Rumah Sakit Dinas
Kesehatan Tentara Provinsi Lampung Tahun 2013.
d.
Mengetahui gambaran konsumsi makanan dari
luar rumah sakit pada pasien rawat inap di Rumah Sakit Dinas Kesehatan Tentara
Provinsi Lampung Tahun 2013.
e.
Mengetahui ada hubungan usia, jenis kelamin,
dan keadaan pasien terhadap terjadinya sisa makanan pada pasien rawat inap di Rumah Sakit Dinas
Kesehatan Tentara Provinsi Lampung Tahun 2013.
f.
Mengetahui ada hubungan sifat organoleptik
makanan yang meliputi warna, aroma, rasa, tekstur, dan porsi makanan terhadap
terjadinya sisa makanan pada pasien
rawat inap di Rumah Sakit Dinas Kesehatan Tentara Provinsi Lampung Tahun 2013.
g.
Mengetahui ada hubungan konsumsi makanan
dari luar rumah sakit terhadap terjadinya sisa makanan pada pasien rawat inap
di Rumah Sakit Dinas Kesehatan Tentara Provinsi Lampung Tahun 2013.
D.
Manfaat Penelitian
1. Bagi Insitusi Pendidikan
Manfaat bagi institusi sebagai bahan masukan untuk penelitian selanjutnya
terutama yang berhubungan dengan sisa makanan pasien rawat inap.
2. Bagi Institusi Rumah Sakit
Memberikan bahan masukan atau kontribusi bagi
institusi Rumah Sakit terkait dengan sisa makanan pasien.
3. Bagi Masyarakat
Sebagai penambah pengetahuan masyarakat khususnya pasien dan keluarga
pasien yang sedang sedang rawat inap di Ruah Sakit sehingga dapat diaplikasikan
dalam kehidupan sehari-hari.
4. Bagi Peneliti
Sebagai penambah
pengetahuan tentang hal-hal yang
berhubung dengan sisa makanan dan sebagai aplikasi teori yang didapat selama
dalam pendidikan.
E.
Ruang Lingkup
Pada penelitian ini subjek yang diteliti
adalah pasien yang sedang menjalani rawat inap di rumah sakit meliputi gambaran
sisa makanan pasien, gambaran karakteristik responden, gambaran kebiasaan makan
pada pasien, gambaran sifat organoleptik makanan, dan gambaran makanan dari
luar rumah sakit. Penelitian
dilakukan pada bulan Juni tahun 2013 dengan lokasi penelitian di rumah sakit
Dinas Kesehatan Tentara Provinsi Lampung.
1 komentar:
assalamualaikum mbak :)
maap sebelumnya, kenalin nama saya yuni handayani. gini mbak saya mau tanya, boleh gak bagi referensi (jurnal ataupun buku) ttg sisa makaanan rumah sakit ? soalnya saya lagi nyusun proposal penelitian ttg sisa makanan rumah sakit. jadi saya butuh bantuan jurnal ataupun buku tentang itu. mohon bantuannya mbak :)
Posting Komentar