ANTIBIOTIK UNTUK PENGOBATAN
Antibiotik adalah senyawa alami maupun sintetik yang mempunyai efek menekan atau menghentikan proses biokimia dalam organisme, khususnya dalam proses infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Antibiotik dapat memutuskan mata rantai bakteri yang berkembang di tubuh seseorang tanpa menyakiti orang tersebut. Namun, antibiotik hanya efektif menangani infeksi akibat bakteri dan bukan virus atau jamur.
Setiap antibiotik memiliki tingkat efektifitas beragam. Untuk kasus ringan, seperti sakit gigi, antibiotik oral lebih mudah digunakan. Namun, untuk kasus yang lebih serius, seperti infeksi saluran pencernaan, antibiotik intravena (melalui infus) akan lebih manjur.
Karena antibiotik umumnya bekerja spesifik pada suatu proses, perubahan fisik dan genetik bakteri memungkinkan munculnya strain bakteri yang KEBAL terhadap antibiotik. Itulah sebabnya, antibiotik sebaiknya digunakan dalam dosis yang segera mematikan bakteri sehingga mutasi tidak sempat terjadi. Penggunaan antibiotik yang tidak tuntas akan membuka peluang munculnya tipe bakteri yang kebal terhadap antibiotik.
HARGA TIDAK MENJAMIN KUALITAS OBAT
Kualitas obat tidak dapat ditentukan dari harganya. Obat mahal belum tentu manjur untuk mengobati penyakit.
Masyarakat masih mengeluhkan biaya pengobatan yang mahal karena harga obat-obatan dinilai tidak terjangkau. Walau begitu, mahalnya obat-obatan tersebut belum tentu sebanding dengan manjurnya obat tersebut dalam menyembuhkan. Obat murah sering tidak diyakini manjur oleh pasien dan dokter, sementara obat yang harga satuannya tampak mahal belum tentu dalam jangka panjang. Akibatnya, banyak pemborosan terjadi, baik karena penggunaan obat murah tapi kurang efektif maupun obat mahal yang tidak tepat. Karena itu, kata dia, diperlukan lebih banyak riset lagi terkait dengan keefektifan obat-obatan.
Lebih lanjut Hasbullah menyampaikan, obat menjadi mahal karena masyarakat saat ini masih merogoh kocek dari kantongnya sendiri, belum memanfaatkan asuransi sosial dan jaminan kesehatan. Biaya kesehatan, lanjutnya, akan semakin mahal dari tahun ke tahun. Hal tersebut terkait tiga hal, yaitu banyaknya jumlah penduduk tua, biaya pengobatan yang mahal, dan standar hidup yang naik.
Obat murah masih tergantung dari dokter sebagai pemberi resep
Peran dokter dalam memasyarakatkan penggunaan obat murah sangat penting. Penggunaan obat murah tergantung dari dokter sebagai pemberi resep. Selain itu, dibutuhkan sistem kesehatan yang mengikat semua pemangku kepentingan. Ada dua jenis obat, yakni obat originator dan obat generik. Obat generik itu ada yang kemudian dijual dengan merek dagang atau dikenal generik bermerek. Harga bervariasi mulai dari satu kali hingga puluhan kali harga obat generik tanpa merek. Pasar obat generik sebetulnya sangat besar. Ironisnya, cakupan pengguna obat generik masih terbatas.
- Pengobatan rasional
penggunaan obat murah, terkait dengan pengobatan rasional, yakni dokter meresepkan sesuai kebutuhan, dosis tepat, waktu minum tepat, dan pemilihan obat yang harganya menguntungkan masyarakat. Prinsip terakhir itu yang belum sepenuhnya diikuti sehingga obat generik tidak laku. Akibat penggunaan obat berharga mahal, pengobatan berpotensi memiskinkan masyarakat dan juga membuat pandangan bahwa semua obat mahal.
- Perlu sistem yang baik
Dokter tidak ingin memberatkan pasien. Dalam Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran juga telah diatur kendali mutu dan biaya. Namun, tidak cukup mengandalkan niat baik dokter, yang dibutuhkan ialah sistem menyeluruh sehingga semua dokter tergiring ke arah yang diinginkan. Ke depan dibutuhkan audit medik yang dapat diwujudkan jika ada kolaborasi dengan pemerintah.
Penggunaan obat murah terkait pengobatan rasional
Dokter meresepkan penggunaan obat murah terkait pengobatan rasional untuk sesuai kebutuhan, dosis tepat, waktu minum tepat dan pemilihan obat yang harganya menguntungkan masyarakat. Prinsip terakhir itu yang belum sepenuhnya diikuti sehingga obat generik tidak laku. Di sisi lain produsen obat gencar berpromosi dan memberi insentif agar obatnya laku. Obat generik itu ada yang kemudian dijual dengan merek dagang atau dikenal generik bermerek. Harga bervariasi mulai dari satu kali hingga puluhan kali obat generik tanpa merek. Kadang, merek dagang dihargai berlebihan. Pasar obat generik sebetulnya sangat besar. Ironisnya, cakupan pengguna obat generik masih terbatas. Akibatnya, pengobatan berpotensi memiskinkan masyarakat, dan juga membuat imej bahwa semua obat mahal. Selain itu, kontrol terhadap harga obat dapat dilakukan dengan penentuan batas harga bawah dan atas.
Setiap antibiotik memiliki tingkat efektifitas beragam. Untuk kasus ringan, seperti sakit gigi, antibiotik oral lebih mudah digunakan. Namun, untuk kasus yang lebih serius, seperti infeksi saluran pencernaan, antibiotik intravena (melalui infus) akan lebih manjur.
Karena antibiotik umumnya bekerja spesifik pada suatu proses, perubahan fisik dan genetik bakteri memungkinkan munculnya strain bakteri yang KEBAL terhadap antibiotik. Itulah sebabnya, antibiotik sebaiknya digunakan dalam dosis yang segera mematikan bakteri sehingga mutasi tidak sempat terjadi. Penggunaan antibiotik yang tidak tuntas akan membuka peluang munculnya tipe bakteri yang kebal terhadap antibiotik.
HARGA TIDAK MENJAMIN KUALITAS OBAT
Kualitas obat tidak dapat ditentukan dari harganya. Obat mahal belum tentu manjur untuk mengobati penyakit.
Masyarakat masih mengeluhkan biaya pengobatan yang mahal karena harga obat-obatan dinilai tidak terjangkau. Walau begitu, mahalnya obat-obatan tersebut belum tentu sebanding dengan manjurnya obat tersebut dalam menyembuhkan. Obat murah sering tidak diyakini manjur oleh pasien dan dokter, sementara obat yang harga satuannya tampak mahal belum tentu dalam jangka panjang. Akibatnya, banyak pemborosan terjadi, baik karena penggunaan obat murah tapi kurang efektif maupun obat mahal yang tidak tepat. Karena itu, kata dia, diperlukan lebih banyak riset lagi terkait dengan keefektifan obat-obatan.
Lebih lanjut Hasbullah menyampaikan, obat menjadi mahal karena masyarakat saat ini masih merogoh kocek dari kantongnya sendiri, belum memanfaatkan asuransi sosial dan jaminan kesehatan. Biaya kesehatan, lanjutnya, akan semakin mahal dari tahun ke tahun. Hal tersebut terkait tiga hal, yaitu banyaknya jumlah penduduk tua, biaya pengobatan yang mahal, dan standar hidup yang naik.
Obat murah masih tergantung dari dokter sebagai pemberi resep
Peran dokter dalam memasyarakatkan penggunaan obat murah sangat penting. Penggunaan obat murah tergantung dari dokter sebagai pemberi resep. Selain itu, dibutuhkan sistem kesehatan yang mengikat semua pemangku kepentingan. Ada dua jenis obat, yakni obat originator dan obat generik. Obat generik itu ada yang kemudian dijual dengan merek dagang atau dikenal generik bermerek. Harga bervariasi mulai dari satu kali hingga puluhan kali harga obat generik tanpa merek. Pasar obat generik sebetulnya sangat besar. Ironisnya, cakupan pengguna obat generik masih terbatas.
- Pengobatan rasional
penggunaan obat murah, terkait dengan pengobatan rasional, yakni dokter meresepkan sesuai kebutuhan, dosis tepat, waktu minum tepat, dan pemilihan obat yang harganya menguntungkan masyarakat. Prinsip terakhir itu yang belum sepenuhnya diikuti sehingga obat generik tidak laku. Akibat penggunaan obat berharga mahal, pengobatan berpotensi memiskinkan masyarakat dan juga membuat pandangan bahwa semua obat mahal.
- Perlu sistem yang baik
Dokter tidak ingin memberatkan pasien. Dalam Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran juga telah diatur kendali mutu dan biaya. Namun, tidak cukup mengandalkan niat baik dokter, yang dibutuhkan ialah sistem menyeluruh sehingga semua dokter tergiring ke arah yang diinginkan. Ke depan dibutuhkan audit medik yang dapat diwujudkan jika ada kolaborasi dengan pemerintah.
Penggunaan obat murah terkait pengobatan rasional
Dokter meresepkan penggunaan obat murah terkait pengobatan rasional untuk sesuai kebutuhan, dosis tepat, waktu minum tepat dan pemilihan obat yang harganya menguntungkan masyarakat. Prinsip terakhir itu yang belum sepenuhnya diikuti sehingga obat generik tidak laku. Di sisi lain produsen obat gencar berpromosi dan memberi insentif agar obatnya laku. Obat generik itu ada yang kemudian dijual dengan merek dagang atau dikenal generik bermerek. Harga bervariasi mulai dari satu kali hingga puluhan kali obat generik tanpa merek. Kadang, merek dagang dihargai berlebihan. Pasar obat generik sebetulnya sangat besar. Ironisnya, cakupan pengguna obat generik masih terbatas. Akibatnya, pengobatan berpotensi memiskinkan masyarakat, dan juga membuat imej bahwa semua obat mahal. Selain itu, kontrol terhadap harga obat dapat dilakukan dengan penentuan batas harga bawah dan atas.
0 komentar:
Posting Komentar