ISPA
ISPA adalah penyakit infeksi akut yang mengenai salah satu bagian atau lebih dari saluran napas mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan adneksanya seperti sinus, rongga telinga tengah dan juga pleura. Penyakit ISPA yang paling menjadi perhatian dalam kesehatan masyarakat adalah pneumonia, karena penyakit ini merupakan penyakit yang paling banyak (80-90%)menyebabkan kematian khususnya pada balita diantara penyakit ISPA lainnya. Oleh karena itu disini akan difokuskan pada penyakit Pneumonia balita, selain program penanggulangan pandemi flu burung.
Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli).
Tanda dan gejala
Tanda dan gejala pneumonia adalah adanya batuk disertai kesukaran bernapas seperti napas cepat dan atau tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam.
Kriteria napas cepat:
Umur < 2 bulan : frekuensi napas ¡Ý 6o kali/menit
Umur 2-12 bulan : frekuensi napas ¡Ý 50 kali/menit
Umur > 1-5 tahun : frekuensi napas ¡Ý 40 kali/ menit
Penyebab Pneumonia
Berdasarkan penelitian di berbagai negara menunjukkan bahwa di negara berkembang, termasuk di Indonesia bakteri Streptokokus Pneumonia dan Haemofilus Influenzae merupakan bakteri yang merupakan penyebab terbanyak pada kasus Pneumonia.
Cuaca Tidak Menentu Berisiko pada ISPA
Medan - Cuaca tidak menentu yang terjadi dalam beberapa pekan ini di Sumut sangat berisiko pada merebaknya penyakit infeksi saluran pernapasan atas (ISPA).
Kepala Dinas Kesehatan Sumut, Chandra Syafei, di Medan, Jumat, mengatakan, penyakit ISPA adalah salah satu penyakit yang banyak diderita masyarakat, dan sebagian besar disebabkan kondisi cuaca yang selalu berubah-ubah dan juga dipengaruhi kondisi lingkungan yang tidak bersih.
Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotika. ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasan yang mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran pernapasannya.
Faktor utama penyakit ISPA, selain dari daya tahan tubuh, juga karena kurangnya kesadaran masyarakat akan kebersihan diri dan lingkungannya yakni rajin cuci tangan karena tangan adalah sumber bakteri yang masuk ke dalam tubuh.
"Pemberantasannya memerlukan kerjasama semua pihak, yakni peran serta masyarakat terutama ibu-ibu, dokter, para medis dan kader kesehatan untuk menunjang keberhasilan menurunkan angka kesakitan," katanya.
Ia mengatakan, agar tidak terkena ISPA, mesyarakat harus selalu menjaga kebersihan, mencuci tangan sebelum makan serta mengkonsumsi makanan dan minuman yang benar-benar bersih.
"Untuk anak-anak juga harus diwaspadai dengan kebersihan makanan yang diperoleh dari jajanan. Istirahat cukup dan hindari bepergian jauh yang tidak diperlukan, juga menjadi faktor pencegahan penyakit yang sering menimpa saluran tenggorokan ini," katanya.
Menurut dia, ISPA terbagi dalam dua jenis yakni pneumonia dan non pneumonia. Untuk jenis pneumonia jika sudah memasuki tahap yang sangat buruk dan tidak ditangani langsung oleh dokter bisa menyebabkan kematian yang gejalanya dapat ditandai dengan demam tinggi dan sesak nafas.
"ISPA bisa menyerang siapa saja tergantung dari daya tahan tubuh. Perilaku hidup bersih dan sehat, serta bagi balita diperhatikan kebersihan lingkungan bisa dikatakan sebagai upaya untuk meminimalisir penyebaran penyakit itu," katanya.
Kepala Dinas Kesehatan Sumut, Chandra Syafei, di Medan, Jumat, mengatakan, penyakit ISPA adalah salah satu penyakit yang banyak diderita masyarakat, dan sebagian besar disebabkan kondisi cuaca yang selalu berubah-ubah dan juga dipengaruhi kondisi lingkungan yang tidak bersih.
Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotika. ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasan yang mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran pernapasannya.
Faktor utama penyakit ISPA, selain dari daya tahan tubuh, juga karena kurangnya kesadaran masyarakat akan kebersihan diri dan lingkungannya yakni rajin cuci tangan karena tangan adalah sumber bakteri yang masuk ke dalam tubuh.
"Pemberantasannya memerlukan kerjasama semua pihak, yakni peran serta masyarakat terutama ibu-ibu, dokter, para medis dan kader kesehatan untuk menunjang keberhasilan menurunkan angka kesakitan," katanya.
Ia mengatakan, agar tidak terkena ISPA, mesyarakat harus selalu menjaga kebersihan, mencuci tangan sebelum makan serta mengkonsumsi makanan dan minuman yang benar-benar bersih.
"Untuk anak-anak juga harus diwaspadai dengan kebersihan makanan yang diperoleh dari jajanan. Istirahat cukup dan hindari bepergian jauh yang tidak diperlukan, juga menjadi faktor pencegahan penyakit yang sering menimpa saluran tenggorokan ini," katanya.
Menurut dia, ISPA terbagi dalam dua jenis yakni pneumonia dan non pneumonia. Untuk jenis pneumonia jika sudah memasuki tahap yang sangat buruk dan tidak ditangani langsung oleh dokter bisa menyebabkan kematian yang gejalanya dapat ditandai dengan demam tinggi dan sesak nafas.
"ISPA bisa menyerang siapa saja tergantung dari daya tahan tubuh. Perilaku hidup bersih dan sehat, serta bagi balita diperhatikan kebersihan lingkungan bisa dikatakan sebagai upaya untuk meminimalisir penyebaran penyakit itu," katanya.
Sumber : ANTARA News
4 dari 10 Penyakit Penyebab Kematian Dunia Adalah Penyakit Bidang Paru dan Pernafasan
Pagi ini (14 Juli 2011) Prof dr Tjandra Yoga Aditama SpP(K), MARS, DTM&H, DTCE Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kementerian Kesehatan RI membuka Kongres Nasional ke XII Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) di Bukit Tinggi, yang dihadiri oleh lebih dari 700 orang dokter dari seluruh Indonesia.
Masalah kesehatan paru dan pernapasan memang merupakan salah satu masalah kesehatan penting di dunia, dan juga di Indonesia. Data WHO 2008 yang di update Juni 2011 menunjukkan bahwa dari sekitar 57 juta kematian di dunia dalam setahun terjadi akibat masalah paru.
Demikian paparan yang saya sampaikan pagi ini (14 Juli 2011) saat membuka Kongres Nasional ke XII Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) di Bukit Tinggi, Sumatera Barat yang dihadiri oleh lebih dari 700 orang dokter dari seluruh Indonesia.
10 penyebab kematian terpenting dunia adalah :
1. Penyakit Jantung Iskemik, 7.25 juta orang (12,8%)
2. Stroke dan penyakit serebrovaskuler lainnya, 6.15 juta orang (10,8%)
3. Infeksi Saluran Napas Bawah, 3.4 6 juta orang (6,1%)
4. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK), 3.28 juta orang (5,8%)
5. Diare, 2.46 juta orang (4,3%)
6. HIV/AIDS, 1.78 juta orang (3,1%)
7. Kanker paru, 1.39 juta orang (2,4%)
8. Tuberkulosis, 1.34 juta orang (2,4%)
9. Diabetes Mellitus, 1.26 juta orang (2,2%)
10. Kecelakaan Lalu Lintas, 1.21 juta orang (2,1%).
Empat dari 10 penyakit ini adalah tergolong penyakit paru, yaitu No urut 3, 4, ,7 dan 8.
Untuk negara kita, setidaknya ada 8 penyakit / masalah kesehatan paru yang kini ada dalam ruang lingkup program pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan Kementerian Kesehatan RI, artinya merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, yaitu :
1. Tuberkulosis
2, Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
3. Penyakit Emerging & New Emerging, seperti SARS, Avian Influenza, H1N1 dll
4. Asma Bronkial
5. Penyakit Paru Obstruktif Kronik
6. Kanker Paru
7. Polusi Udara dan Climate Change
8. Penanggulangan Masalah Merokok.
Selain itu, beberapa penyakit yang punya aspek kesehatan masyarakat di negara kita juga punya dampak di paru, seperti Legionella, Anthrax dll.
Prof. Tjandra juga menyampaikan bahwa Kementerian Kesehatan berharap Kongres Nasional profesi kedokteran seperti ini dapat menghasilkan sedikitnya 2 hal, yaitu :
1. Mampu meningkatkan pengetahuan, profesionalisme dan kompetensi para dokter dalam bidang ilmu sesuai spesialisasinya masing2.
2. Mampu mememelihara dan meningkatkan komitmen serta menghasilkan inovasi-inovasi baru dalam peningkatan peran serta para dokter untuk meningkatkan derajat kesehatan mayarakat dalam bidang ilmu sesuai spesialisasinya masing2.
Demikian paparan yang saya sampaikan pagi ini (14 Juli 2011) saat membuka Kongres Nasional ke XII Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) di Bukit Tinggi, Sumatera Barat yang dihadiri oleh lebih dari 700 orang dokter dari seluruh Indonesia.
10 penyebab kematian terpenting dunia adalah :
1. Penyakit Jantung Iskemik, 7.25 juta orang (12,8%)
2. Stroke dan penyakit serebrovaskuler lainnya, 6.15 juta orang (10,8%)
3. Infeksi Saluran Napas Bawah, 3.4 6 juta orang (6,1%)
4. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK), 3.28 juta orang (5,8%)
5. Diare, 2.46 juta orang (4,3%)
6. HIV/AIDS, 1.78 juta orang (3,1%)
7. Kanker paru, 1.39 juta orang (2,4%)
8. Tuberkulosis, 1.34 juta orang (2,4%)
9. Diabetes Mellitus, 1.26 juta orang (2,2%)
10. Kecelakaan Lalu Lintas, 1.21 juta orang (2,1%).
Empat dari 10 penyakit ini adalah tergolong penyakit paru, yaitu No urut 3, 4, ,7 dan 8.
Untuk negara kita, setidaknya ada 8 penyakit / masalah kesehatan paru yang kini ada dalam ruang lingkup program pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan Kementerian Kesehatan RI, artinya merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, yaitu :
1. Tuberkulosis
2, Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
3. Penyakit Emerging & New Emerging, seperti SARS, Avian Influenza, H1N1 dll
4. Asma Bronkial
5. Penyakit Paru Obstruktif Kronik
6. Kanker Paru
7. Polusi Udara dan Climate Change
8. Penanggulangan Masalah Merokok.
Selain itu, beberapa penyakit yang punya aspek kesehatan masyarakat di negara kita juga punya dampak di paru, seperti Legionella, Anthrax dll.
Prof. Tjandra juga menyampaikan bahwa Kementerian Kesehatan berharap Kongres Nasional profesi kedokteran seperti ini dapat menghasilkan sedikitnya 2 hal, yaitu :
1. Mampu meningkatkan pengetahuan, profesionalisme dan kompetensi para dokter dalam bidang ilmu sesuai spesialisasinya masing2.
2. Mampu mememelihara dan meningkatkan komitmen serta menghasilkan inovasi-inovasi baru dalam peningkatan peran serta para dokter untuk meningkatkan derajat kesehatan mayarakat dalam bidang ilmu sesuai spesialisasinya masing2.
Sumber : SUBDIT SURVEILANS & RESPON KLB DITJEN PP DAN PL
0 komentar:
Posting Komentar