JAPANESE ENCEPHALITIS

Kamis, 26 Januari 2012

JAPANESE ENCEPHALITIS
Definisi
Japanese Encephalitis (JE) adalah suatu penyakit yang menyerang susunan saraf pusat (otak) yang mengakibatkan radang otak mendadak yang disebabkan oleh virus JE. Penyakit JE bukanlah penyakit baru, tetapi sudah lama dikenal di Bali. Penelitian di RSUP Sanglah, bulan Oktober 1990 sampai dengan bulan Nopember 1992 dari 49 kasus yang diduga, ternyata 20 kasus (40,8%) positif menderita JE.
 
Untuk dapat berlangsungnya penyakit ini diperlukan adanya vektor penular dan reservoir (sumber infeksi). Yang bertindak sebagai vektor adalah nyamuk jenis culex sedangkan reservoir adalah babi, sapi, kuda, kera, kambing, burung dan lain-lain. Ternak babi mempunyai peran terpenting yang bertindak sebagai satu-satunya induk semang penguat (amplifier host) dari virus JE. Apabila nyamuk dapat menggigit bangsa burung dan hewan yang mengandung virus JE, kemudian menggigit babi maka pada babi jumlah virus akan meningkat secara tajam. Babi menjadi demam dan virus berada dalam sirkulasi darah (viremia).
 
Nyamuk culex dapat berkembang dimana-mana seperti sawah, kolam, air genangan pada kandang dan lain-lain. Nyamuk culex bersifat zoophilik yaitu lebih menyukai binatang sebagai mangsanya daripada manusia sehingga virus JE umumnya menginfeksi binatang. Hanya secara kebetulan saja menginfeksi manusia terutama bila densitas (kepadatan) nyamuk culex meningkat. Penularan penyakit pada manusia terjadi apabila nyamuk yang telah menggigit babi yang sedang viremia kemudian menggigit lagi manusia.

 
Gejala klinik
Penyakit ini dapat mengenai semua umur tetapi umumnya lebih sering menyerang anak-anak. Tidak semua manusia yang digigit nyamuk culex berkembang menjadi encephalitis. Masa tunas (inkubasi) penyakit JE rata-rata 4 – 14 hari. Gejala kliniknya bisa bervariasi tergantung dari berat ringannya kelainan susunan saraf pusat, umur penderita dan lain-lain. Perjalanan penyakit dibedakan menjadi 3 stadium. Pertama, stadium prodromal yang berlangsung 2 – 4 hari. Ditandai dengan panas mendadak, sakit kepala berat yang kadang disertai keluhan mual dan muntah.

Selanjutnya stadium akut selama 4 – 7 hari. Pada stadium ini panas tetap tinggi dan tidak mudah diturunkan dengan obat penurun panas. Akan terjadi kekakuan otot terutama pada otot leher. Pada kasus yang lebih berat dapat terjadi gangguan keseimbangan, kejang-kejang serta penurunan kesadaran mulai dari gelisah-mengantuk sampai koma (tidak sadar).
 
Ketiga, stadium konvalesen atau tahap akhir. Stadium ini dimulai pada saat suhu tubuh kembali normal. Tanda-tanda neurologis bisa menetap atau cenderung membaik. Bila penyakit berat dan berlangsung lama dapat terjadi gejala sisa seperti gangguan mental berupa emosi tidak stabil, lambat berbicara, perubahan kepribadian dan lumpuh sebagian tubuh.

 
Pencegahan
Pencegahan dan pemberantasan JE ditujukan kepada manusia, vektor (nyamuk beserta larvanya) serta reservoir. Pada manusia dengan menghindari diri dari gigitan nyamuk culex. Nyamuk ini menggigit mulai menjelang malam hari sampai besok paginya oleh karena itu perlu mempertimbangkan penggunaan kelambu bila tidur. Dapat pula mempergunakan repellen dalam bentuk cairan/krim atau memakai obat pembasmi nyamuk dalam bentuk gulungan yang menghasilkan asap. Penggunaan vaksin (imunisasi) pada manusia masih dalam tahap penelitian karena biaya untuk melakukan vaksinasi masal cukup mahal.
 
Pembasmian nyamuk dewasa dapat dilakukan dengan cara konvensional yaitu melakukan penyemprotan dengan insektisida seperti malathion, fenitrothion. Pemberantasan larva dilakukan dengan cara pengaturan pengaliran air (irigasi) di sawah dengan baik atau dapat mempergunakan larvasida. Tentu saja yang paling dianjurkan adalah Gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) oleh masyarakat. Ini akan mencegah perkembangbiakan daripada nyamuk.

Tindakan terhadap reservoir yaitu hewan yang menjadi perantara dari virus JE. Peternak-peternak babi hendaknya membuat kontruksi kandang babi sedemikian rupa sehingga mengurangi kesempatan bagi nyamuk untuk datang bersarang. Kebersihan kandang harus tetap terjaga serta kandang harus mempunyai sarana pembuangan air limbah. Lokasi peternakan babi agar dibangun jauh dari pemukiman penduduk.
 

Sumber : DITJEN PP&PL

Vaksin Terbaru Japanese Encephalitis Aman

http://www.infopenyakit.org/images_data/36_2_903_2008_04_08_04_50_40_bakteri-det.jpg
Penelitian terbaru mengatakan jenis vaksin untuk Japanese Encephalitis, sebuah wabah penyakit yang diakibatkan virus yang berkembang di Asia Tenggara dan sebagian Asia Selatan, terbukti aman dan memicu respon kekebalan yang baik melawan patogen.

Penyakit ini ditularkan melalui gigitan nyamuk, dan dapat menyebabkan demam, sakit kepala, leher terasa kaku dan sawan, dan untuk lima kasus yang terjadi bisa berakibat fatal. Tes terhadap vaksin ini dibuat oleh Scottish subsidiary of Intercell AG, sebuah kepala perusahaan Austria, yang telah dites pada 867 orang dewasa di Amerika Serikat, Inggris, dan Austria. Menurut penelitian yang dipublikasikan di The Lancet, respon dari antibodi menjadi dua kali lipat dengan adanya vaksin yang melawan penyakit itu dan efek sampingnya sangat ringan.

The US Centers for Desease Control (CDC) mengatakan sekitar 50.000 kasus Japanese Encephalitis terjadi setiap tahunnya, terutama pada anak-anak di bawah 10 tahun. Serangan penyakit ini di India bagian utara tahun ini menyerang lebih dari 300 jiwa. Sumber alami dari virus ini adalah babi dan burung liar.

Vaksin ini berhasil ditemukan dari otak tikus yang telah terinfeksi dengan virus. Virus itu kemudian terbunuh - dinonaktifkan - dengan menggunakan unsur kimia sebelum ia masuk ke dalam tubuh. Masalahnya, vaksin ini masih mahal, sulit diproduksi, diperlukan tiga dosis dan berhubungan dengan respon alergi yang buruk, tapi ini jarang terjadi.

Beberapa penelitian menegaskan penyeimbangan gelatin pada Babi atau perbaikan protein tikus pada vaksinlah yang menyebabkan semua respon ini. Para peneliti berjanji akan meneliti lebih jauh mengenai resiko dan penggunaannya bagi anak-anak di daerah-daerah yang sudah terkena endemi.

Sebagai alternatif, sebuah vaksin yang dibuat oleh Cina, yang berdasarkan pada pertumbuhan virus di sel-sel hamster, juga sudah semakin banyak digunakan untuk melawan penyakit ini.

Beberapa negara di Asia sudah melisensikan vaksin ini, termasuk Nepal dan India, yang menggunakannya untuk memvaksinasi 30 juta anak pada tahun 2006 dan 2007. Formula dari Cina ini hanya membutuhkan dosis yang lebih sedikit, lebih murah dan labih gampang diproduksi daripada vaksin yang turunan dari tikus.


Sumber : Media Indonesia News

0 komentar: